Kunjungan ke Bali minggu lalu, biarpun amat singkat, tapi cukup berkesan. Aku menghabiskan pagi bersarapan di Pantai Sanur yang sepi (hotelnya tepat di sebelah pantai), hanya ditemani sepasang orang Jepang dan sekeluarga orang Inggris. Sorenya, aku menikmati matahari terbenam di Kuta, ditemani Mas Dhani. Balik melalui Centro Kuta, aku terantuk sebuah kantong merah. Tulisannya “Bali Arabica” :). Otomatis aku bertanya ke neng yang menjagai: “Arabika Bali di mana ditanamnya?” Dia cuma menggeleng acuh. Aku ambil kantong merah itu.
Hari ini aku coba Kopi Bali Arabika itu. Lembut mirip Java (arabica). Ini menarik. Di Indonesia tak banyak tempat yang memungkinkan menanam kopi arabika lagi, dan aku pikir aku sudah tahu seluruh tempatnya :). Tapi Bali? Googling sejenak, aku menemukan tulisan Aluns Evan, pakar kopi dari New Zealand yang banyak memahami kopi Indonesia. Di bawah ini ringkasannya.
Kopi Bali umumnya robusta. Perkebunan penjajah Belanja tidak meluas ke Bali, karena Belanda tidak pernah benar2 menguasai Bali hingga awal abad ke-20. Saat itu perkebunan kopi sudah meluas di Jawa, Sumatra, dan Sulawesi. Robusta Bali kemungkinan besar datang melalui pedagang Ampenan di Lombok. Kondisi Bali ideal untuk pohon kopi, dan produksi skala kecil dengan cepat menyebar daerah tinggi di Bali.
Jatuhnya harga robusta membuat orang mulai mencoba menanam arabika. Beberapa perkebunan komersial mencobainya juga, tetapi sebagian besar yang membudidayakan arabika adalah kebun-kebun kecil di lereng gunung berapi di tengah pulau Bali. Proses pasca tanam dan sebagianya dilakukan para petani melalui koperasi-koperasi. Posisi yang tidak terlalu tinggi memang membuat kopi arabika ini mirip kopi Java yang lembut dan agak berasa melon (honeydew).
Tulisan asli Aluns Evan: Klik di sini
Dhani
Nanyanya nggak ke aku sih :). Kalau kapan2 ke Bali lagi, coba sempatkan pergi Bedugul, daerah pegunungan di utara Denpasar. Mendaki sampai puncaknya, kita akan ketemu pertigaan. Belok kanan menuju Singaraja, kalau ke kiri akan membawa kita Banyuatis. Ini lokasi yang wajib diziarahi oleh pecinta kopi di Bali. Aku rasa kopi ini berasal dari perkebunan di sana.
Wibisono Sastrodiwiryo
banyuatis memang di pegunungan dan terkenal dengan hasil kopinya: kopi banyuatis, dulu waktu kost di margonda depok tahun 90an aku dibekali kopi banyuatis oleh ibuku berkardus kardus, bukan untuk diminum tapi untuk dijual buat bayar uang kost… aku sendiri gak pernah meminumnya :-) dulu belum jadi peminum kopi…
saya tidak memperhatikan kopi banyuatis itu arabika atau robusta, yang jelas tidak banyak yang suka di depok, padahal di bali banyak yang suka, gak ngerti juga kenapa begitu
Koen
Makasih ya untuk obrolan sorenya. Such an inspiring moment.
joko nuryono
wah kayaknya harus coba kopi bali nih arabaica or robusta, sy tinggal di makassar jadi lidah sdh dimanja oleh kopi toraja kalosi, tp krmaren sy coba kopi aceh wah rasanya betul2 enak
GUSTI
KOPI DI BALI ADA 2 VARIETAS YAITU KINTAMANI DAN BANYUATIS, SAYA SE3NDIRI BELUM TAHU PERBEDAAN KARAKTER KEDUANYA INI….. BISA SHARE NGA GAN……
SELAMAT NGOPI DENGAN KOPI ASLI BALI