Tag: Research

Kopi dan Kolesterol

Web ini cukup banyak mengulas efek kopi bagi kesehatan. Namun banyaknya penelitian-penelitian dalam beberapa tahun terakhir mendorong perlunya update pengetahuan atas dampak kopi bagi kesehatan. Serial tulisan ini akan dimulai dengan kolesterol.

Kolesterol tinggi atau hiperkolesterolemia dapat memiliki berbagai akibat negatif pada kesehatan kita. Kolesterol adalah lemak yang penting untuk berbagai fungsi tubuh, tetapi ketika kadar kolesterol dalam darah terlalu tinggi, dapat menyebabkan masalah kesehatan serius, termasuk penyakit jantung, stroke, aterosklerosis (pembentukan plak lemak dalam pembuluh darah), xanthomas (benjolan kuning di bawah kulit), batu empedu, gagal ginjal, kesehatan mata, hingga kesehatan mental (misalnya alzheimer).

Beberapa penelitian beberapa tahun terakhir tentang korelasi konsumsi kopi dan kadar kolesterol dalam tubuh manusia menghasilkan temuan-temuan berikut:

Altmaier dkk: Konsumsi kopi yang tinggi berkaitan dengan peningkatan kadar kolesterol dalam darah secara keseluruhan.

Ranheim dan Halvorsenr: Kopi rebus mengandung senyawa yang dapat meningkatkan kolesterol, dan dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Namun, kopi yang disaring tidak mengandung senyawa-senyawa ini dan tidak memiliki efek kardiovaskular yang merugikan; dan bahkan mungkin memberikan manfaat perlindungan terhadap diabetes mellitus tipe 2.

Wierzejska: Konsumsi setidaknya 3 cangkir kopi per hari dapat mengurangi risiko berbagai penyakit, termasuk diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular. Bagi penderita dislipidemia, disarankan kopi yang disaring karena mengandung lebih sedikit diterpen yang dapat meningkatkan kolesterol.

Halvorsen dkk: Senyawa cafestol yang ditemukan dalam kopi telah terbukti dapat mengurangi penyerapan kolesterol lipoprotein densitas rendah (LDL) dan mengurangi jumlah reseptor LDL dalam fibroblas kulit manusia, menunjukkan dampak negatif potensial pada kadar kolesterol.

Talebi dkk: Konsumsi kopi, dikombinasikan dengan program latihan di rumah, secara signifikan meningkatkan profil lipid darah pada pria paruh baya yang tidak aktif, termasuk penurunan kadar kolesterol LDL, kolesterol total, dan trigliserida, serta peningkatan kolesterol lipoprotein densitas tinggi (HDL).

Kokaze dkk: Penelitian pada polimorfisme genetik tertentu (Mt5178 C/A) menunjukkan bahwa konsumsi kopi secara positif berkaitan dengan kadar kolesterol LDL serum pada pria Jepang yang memiliki polimorfisme ini.

Onuegbu dan Agbedana: Konsumsi kopi dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol total dan LDL dalam serum, yang dapat mengubah profil lipid serum dan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.

De Lima dkk: Kopi mengandung senyawa seperti cafestol dan kahweol, yang berkaitan dengan dislipidemia. Senyawa-senyawa ini telah diteliti memiliki dampak pada kadar kolesterol.

Rustan dkk: Keberadaan diterpen seperti cafestol dan kahweol dalam kopi rebus telah ditemukan dapat meningkatkan kadar kolesterol serum, khususnya kolesterol LDL.

Kesimpulannya, efek kopi pada kadar kolesterol bergantung pada jenis kopi (dijerang atau disaring), faktor genetik, serta keberadaan senyawa-senyawa tertentu dalam kopi. Meskipun beberapa studi menunjukkan efek merugikan pada kadar kolesterol, yang lain mengindikasikan manfaat kesehatan potensial, terutama dengan kopi yang disaring.

Jangan-Jangan, Kopi Baik Buat Jantung

Peringatan: Artikel ini tidak menggantikan, menambahi, dan tak tak dapat dibandingkan dengan nasehat dan konsultasi dokter.

Aku mendadak terantuk ke tulisan lama (17 Juni 2008) di Boing-Boing. Konon waktu itu ada sebuah penelitian justru menunjukkan bahwa peminum kopi justu lebih rendah kemungkinannya meninggal karena penyakit-penyakit seperti serangan jantung, stroke, dan aritmia. Hmmm, apakah ini kausalitas? Dan kalau ya, ke arah mana? Haha.

Edidemiologists dari Universitas Madrid telah menganalisis data dari lebih dari 120.000 pria dan wanita. Menurut penelitian mereka, perempuan yang minum empat atau lima cangkir kopi dalam sehari mengalami kemungkinan 34 persen lebih kecil untuk mati akibat penyakit jantung. Pria yang minum lebih dari lima cangkir sehari itu 44 persen lebih kecil kemungkinannya untuk ditaklukkan penyakit jantung. Namun, ada terlalu banyak variabel dan anasir tak diketahui dalam penelitian ini, sehingga belum dirasa patut untuk dijadikan rekomendasi pengobatan.

Sang peneliti, Esther Lopez-Garcia, berspekulasi bahwa senyawa anti-inflamasi yang ditemukan dalam kopi mungkin berpengaruh atas manfaat kesehatan ini. Walaupun tingkat kafein yang tinggi dapat meningkatkan kemungkinan menderita serangan jantung dengan meningkatkan tekanan darah, katanya, namun … “hipotesis kami adalah bahwa kafein memiliki efek jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang, aspek lain dari kopi adalah lebih kuat.”

Patut diperhatikan bahwa banyak penelitian lain yang justru menunjukkan hasil yang sebaliknya. Pada tahun 2007, Epidemiolog Francesco Sofi dari Universitas Florence menganalisis lebih dari 20 penelitian yang berkaitan dengan kopi dan kesehatan, dan menemukan hanya sedikit kesepakatan. Mungkin ini juga terkait dengan genetika. Pada tahun 2006, sebuah tim peneliti Kanada menemukan bahwa orang dengan mutasi pada gen yang berkait dalam metabolma kafein memiliki tingkat serangan jantung yang lebih tinggi dibandingkan orang tanpa mutasi.

Kopi Menurunkan Fibrosis Hati?

Peringatan: Artikel ini tidak menggantikan, menambahi, dan tak tak dapat dibandingkan dengan nasehat dan konsultasi dokter.

Sebuah berita dari UPI yang diretweet oleh Pak Nukman menyampaikan kesimpulan dari para peneliti, bahwa pasien penyakit hati (liver) — yang diakibatkan virus hepatitis C kronis — yang mengkonsumsi sekitar 2 cangkir kopi berkafein setiap hari akan mengalami penurunan tingkat fibrosis hati. Peneliti utama Dr Apurva Modi dkk dari National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases menemukan bahwa untuk pasien dengan virus hepatitis C kronis, sumber-sumber kafein lain tidak memiliki efek terapi yang sama.

Fibrosis hati, atau jaringan parut pada hati, adalah tahap kedua dari penyakit hati, yang dicirikan oleh kerusakan fungsi hati akibat akumulasi jaringan ikat.

Dari Januari 2006 hingga November 2008, semua pasien dievaluasi di Cabang Penyakit Hati di Institut Kesehatan Nasional. Mereka diminta mengisi kuesioner untuk menentukan konsumsi kafein. Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan: minuman biasa atau diet; kopi biasa atau kopi tanpa kafein; teh hitam, hijau, atau herbal; dan pertanyaan2 lain yang berkait dengan konsumsi kafein. Hasilnya adalah kesimpulan bahwa efek yang menguntungkan ini memerlukan konsumsi kafein di atas ambang batas sekitar 2 cangkir kopi atau setara setiap hari. Kesimpulan lain adalah bahwa konsumsi soda, teh hitam, teh hijau atau bahan lain yang mengandung kafein tidak berhubungan dengan pengurangan fibrosis hati. Penelitian ini lalu diterbitkan dalam jurnal Hepatology.

Kopi untuk Melawan Alzheimer

Rosemary Black menulis di NY Daily News bahwa secangkir kopi yang kita minum itu bukan hanya menyegarkan pikiran, tetapi juga mengurangi laju berkurangnya memori. Kepikunan, dalam arti menurunnya memori, adalah ciri utama penyakit Alzheimer.

Sayangnya, test ini baru dilakukan pada tikus lab. Pada riset yang dipublikasikan di Journal of Alzheimer’s Disease ini, tikus-tikus itu diberi menu yang setara dengan 500 mg kafein per hari. Teramati bahwa pada tikus dengan gejala setara Alzheimer, konsumsi kafein sejumlah itu akan menurunkan hingga 50% tingkat pengurangan protein yang menjadi aspek kunci penyakit itu. Dua bulan kemudian, tikus-tikus itu menunjukkan hasil tes memori yang jauh lebih baik dibandingkan tikus pembanding. Dr Jennifer Ashton (bukan Jennifer Aniston loh) menyimpulkan dari tes itu,  bahwa teramati “a very positive effect on their memory and thinking actions over a two-month period.”

Angka “setara 500mg” itu sudah dinormalisasi untuk berat tikus. Untuk manusia, agar mencapai efek yang sama, akan diperlukan konsumsi kafein 500mg per hari. Ini sama dengan 14 cangkir teh, atau 2 cangkir kopi ekstra keras :). Gary Arendash, neuroscientist yang bekerja pada riset itu, menyebutkan, “Caffeine could be a viable treatment for established Alzheimer’s disease, and not simply a protective strategy. That’s important because caffeine is a safe drug for most people.”

Tapi Eric Hall, CEO dari Alzheimer’s Foundation of America memberikan peringatan: “A human being’s brain processes very differently than a mouse’s brain, so the public has to be cautious. This is a first step, but there are a lot more steps to be done. We are hopeful, but many failed clinical trials can testify to the fact that what works in mice doesn’t always work in humans.”

Lou-Ellen Barkan, CEO dari New York City chapter of the Alzheimer’s Association memberikan nada serupa. “All research is promising and anything that shows efficacy in the lab is worth exploring. Caffeine, while it’s a drug, is something that many of us take every day. That would be a nice outcome if all you had to do to prevent Alzheimer’s was drink two cups of coffee a day.”

Namun jangan dilupakan bahwa kafein tetap memiliki efek samping. Wanita hamil, pengidap darah tinggi, dan mereka yang dilarang dokter untuk mengkonsumsi kopi; tidak dianjurkan langsung mengimplementasikan riset baru ini. Dokter kita tetap lebih terpercaya daripada artikel di majalah atau tulisan di blog :).

Powered by WordPress & Theme by Anders Norén