Category: Howto

Kopi di Obsat

Banyak hal2 menarik yang sedang tak sempat dilakukan. Blogging, misalnya; atau mengambil gambar atau mereview buku untuk blog; atau meluangkan waktu berbincang dengan sesama blogger :). Namun, sambil tetap diapit oleh hari2 dengan kesibukan yang menarik, aku meluangkan sebuah Rabu malam untuk kembali hadir di Langsat. Langsat sudah agak berubah. Sebuah rumah di jalan yang sama disewa khusus untuk tempat kopdar (yang disini dinamai OBSAT: Obrolan Langsat), sementara rumah yang lama dikhususkan untuk kantor :). Namun aktivisnya tak banyak berbeda :). Dan aku hadir malam itu, selain agar tampak seolah sopan pada senior, juga karena temanya: kopi :).

Peserta hadir sekitar 20-30 orang. Speakernya Toni Wahid (Cikopi), Adi WT (Secangkir Kopi), Mirza Lukman (Starbucks), Hendri Kurniawan (Espresso 1st). Mungkin masih ada lagi :). Model perbincangan di OBSAT agak unik. Para speaker ada di depan bersama-sama, dan sharing bergantian dengan cara yang agak acak. Judulnya memang obrolan sih, haha. Tapi tetap pakai presentasi Powerpoint :). Dan jadi cukup sulit merunut balik catatan aku untuk mengingat siapa bercerita apa :). Kadang2 satu cerita diceritakan beramai2 juga sih. Kan obrolan.

Berikut beberapa catatan yang sama acaknya:

  1. Beberapa teknik membuat kopi di rumah
    • Coffee Syfon. Ini favorit Toni W. Ia menggunakan perangkat bermerk Hario dari Jepang. Berbentuk dua tabung cembung yang diikat di bagian tengah. Bubuk kopi diletakkan di atas, dan air di bawah. Air dipanaskan dengan pembakar kecil. Air yang panas menekan ke atas. Panas dan tekanan mengekstraksi kopi.
    • Moka Pot. Ini favorit aku sih sebenernya, dan pernah dibahas di blog ini. Tapi sejak pindah ke Jakarta, aku agak malah mengakses kompor dan burner, jadi moka pot ini tak sering lagi digunakan.
    • French Press. Ini favorit Starbucks (untuk brewing), dan tak heran kita sering ditawari benda ini di Starbucks. Pernah dibahas di blog ini juga, benda semacam ini menemaniku setiap pagi untuk menyiapkan kopi pagi.
    • Vietnam drip. Baca di sini kalau berminat :).
    • Kopi tubruk.
    • Espresso machine. Tapi yang ini tentu amat serius. Dan mahal, haha.
  2. Espresso
    • Di Italia, kopi adalah espresso. Di café, kopi ini dibuat dan langsung diminum sambil berdiri. Kalau duduk harus bayar lagi :).
    • Orang Amerika tak tahan pahitnya espresso. Jadi mereka mengencerkannya dengan air. Dan namanya jadi Americano.
    • Kopi espresso terbaik di seluruh dunia umumnya mengandung kopi robusta Indonesia, untuk memberi nuansa rasa pahit yang khas.
    • Banyak yang mengira epsresso memiliki kadar kafein paling tinggi. Padahal kafein dilepas terus menerus selama penjerangan. Jadi kemungkinan justru kopi tubruklah yang memiliki kadar kafein tertinggi.
  3. Kopi di Beberapa Negara
    • Di Vietnam, kopi dibuat dengan Vietnam drip. Lalu dicampur dengan susu kental manis :).
    • Di India, terutama bagian Utara, orang jarang minum kopi. Juga café agak sulit dicari. Umumnya orang lebih suka masala chai (????? ???) daripada kopi.
    • Di Italia, orang tak meminum cappucino di sekitar waktu makan.
  4. Kopi Indonesia
    • Beberapa narasumber sepakat: Kopi Gayo adalah kopi terbaik
    • Yang juga patut dicoba adalah kopi-kopi Papua: Wamena, Nabire
    • Untuk kopi robusta, konon yang paling schedap berasal dari Temanggung
    • Namun sebenarnya tidak ada standar rasa kopi terbaik. Rasa kopi itu sungguh subyektif
    • Seluruh narasumber sepakat: kopi luwak rasanya tidak istimewa. Ia terkenal karena promosi, menggunakan seleb, masuk ke Oprah, dan berkesan unik (faeces gitu loh). Banyak rasanya biasa. Banyak sekali kopi yang lebih enak
    • Di Banyuwangi ada Kopi Nangka dari kopi terfermentasi yang konon rasanya minta ampun.
  5. Pengolahan kopi
    • Biji kopi dapat disimpan hingga beberapa tahun, dan dikategorikan rasanya berdasar umur. Ini cuma soal rasa, bukan kualitas.
    • Roaster menentukan mutu kopi yang terolah. Juga roaster lah yang paling memahami hasil kerja petani kopi.
    • Barrista / brewer bertugas mengejawantahkan (sic) hasil kerja roaster. Roaster sebaiknya ex barrista/brewer.
    • Setelah kopi disangrai/dipanggang, dia akan mengeluarkan CO2 beberapa hari. Jangan dulu diolah. Untuk kopi blended, sebaiknya ditunggu sekitar 7 hari.
    • Setelah digiling, kopi harus segera diminum. Best: digiling dan langsung diminum. Ini karena minyak esensial kopi mudah menguap.

Sambil berbincang, kami juga disuguhi kopi oleh Bel Canto. Surprise: kopi ini dibuat di Malang! Aku pikir tadinya Malang cuman punya Sido Mulia, haha. Bel Canto ini menyediakan kopi-kopi arabika Indonesia berkualitas tinggi: Java, Gayo, Wamena, dll. Bel Canto berbaik hati untuk memberiku sebungkus kopi Gayo untuk dicoba di rumah. Pas kopi Gayo di rumah baru habis. Thank you :).

Pulang … mendadak hujan amat deras mengguyur Jakarta :D

Oh ya, foto di atas diambil dari CIKOPI.COM. Aku lagi nggak bisa bikin foto-foto yang bagus :).

Bialetti Mokka

Aku pernah menulis tentang Bialetti Mokka di blog satunya di tahun 2007 :). Waktu itu aku baru 1 tahun menggunakan panci mungil pembuat espresso itu. Kalau kita lihat blog-blog dan forum-forum web masa itu (Twitter sudah ada, tapi belum terlalu terkenal), bisa kita lihat bahwa benda itu saat itu sulit dicari di Indonesia. Di tahun 2009 ini, kita dengan mudah dapat menemukannya di mall-mall besar di Jakarta (Plasa Senayan, Plasa Indonesia) dan Bandung, juga tiruannya yang juga menarik.

Pilihannya pun banyak, dari yang klasik untuk membuat espresso, yang dilengkapi pembuat capuccino, yang bentuknya dimodifikasi sehingga tidak kaku, yang diberi aneka warna, hingga yang bahannya diubah dari aluminium tebal menjadi stainless steel yang tipis dan ringan. Semua bisa dilihat di web pembuatnya di Bialetti Shop.

Aku masih memilih bentuk klasik dari aluminium kaku :). Entah kalau nanti pingin jadi kolektor :).

Perangkat ini memungkinkan kita menyiapkan espresso kualitas prima dalam waktu kurang dari 5 menit.

  • Bersihkan dulu perangkatnya, dengan dicuci di air.
  • Sambil masih terbuka, isi tempat air di tangki bagian bawah hingga tanda batas air.
  • Giling biji kopi hingga kekasaran sedang. Jangan terlalu halus. Tentu kita juga bisa membeli kopi yang sudah tersedia dalam bentuk bubuk kasar. Jangan bubuk halus ya  — itu buat kopi tubruk saja nanti.
  • Masukkan kopi ke tempatnya, yang sudah berbentuk corong berfilter. Masukkan tempat kopi ini ke tempatnya, di tangki bagian bawah.
  • Pasang filter atas ke bagian bawah tangki atas. Pasang kedua tangki. Putar hingga erat.
  • Letakkan di atas kompor. Mungkin kita akan perlu penyangga tambahan untuk membuat perangkat ini bisa terbakar dengan baik di atas kompor kita. Nyalakan api.
  • Tunggu beberapa menit. Tapi sebaiknya tidak ditinggal. Air mendidih dari tangki bawah akan naik mengekstraksi bubuk kopi, membawa ekstrak kopi ke tangki atas. Kita akan mendengar suara menarik dan aroma wangi khas.
  • Tunggu hingga tangki atas penuh. Matikan kompor. Tunggu beberapa saat, lalu tuangkan ekstrak kopi ke dalam cangkir.
  • Silakan tambahkan gula, susu, atau lainnya.
  • Tunggu hingga perangkat kita dingin, lalu bersihkan.

Sejauh ini, ini adalah perangkat terbaik yang bisa menghasilkan ekstrak espresso di dalam rumah, tanpa merepotkan. Coba deh :).

Cafetière

Waktu aku pindah ke Jakarta, aku tak lagi memperoleh akses yang leluasa atas kompor, seperti waktu di Bandung. Jadi aku menggunakan cara lain untuk membuat kopi, selain dengan Bialetti Mocca kesayanganku. Yang aku pilih adalah French Press, atau disebut juga Cafetière.

Yang menarik dari cara ini adalah bahwa kita membiarkan air berbaur dengan bubuk kopi cukup lama, memungkinkan paduan yang bersifat lebih keras, tebal, dan menjaga minyak esensial untuk larut dan terbawa di air. Cara penggunaannya mudah sekali. Berikut aku sadurkan dari Wikihow.

  • Giling biji kopi jadi bubuk kasar. Atau siapkan bubuk kopi kasar. Jangan terlalu halus, karena selain membuat kita kerja keras melawan bubuk yang terperangkap di filter, juga akan banyak ampas yang terminum.
  • Lepas tutup dan filter dari coffeemaker. Takar 5 sendok makan kopi (25 gram) untuk 6 cangkir (1,4 l) air. Didihkan air, lalu dinginkan 30 detik atau lebih. Jika memiliki water heater, langsung saja digunakan. Suku 90-96 derajat celcius cukup untuk ini. Oh ya, Anda tentu bebas menambahkan kopi atau mengurangi air untuk membuat kopi yang lebih kental (seperti kopi ala Koen, haha).
  • Masukkan kopi ke coffeemaker. Tuang air panas sedikit dulu. Aduk lembut dengan sendok plastik atau kayu (agar tak merusak coffeemaker). Aduk hingga kopi mekar dan berbusa krema. Kopi yang baru digiling akan tampak mengelurkan krema yang indah :). Lalu tuangkan sisa air panas. Aduk lagi.
  • Pasang filter dan tutup. Perhatikan bahwa filter harus mengangkat semua ke atas.
  • Biarkan selama 4 menit. Ini tak mutlak. Tapi jika lebih dari 4 menit, unsur-unsur pahit akan masuk lebih banyak ke minuman kita.
  • Tekan pendorong. Tunggu setengah menit hingga ampas mengendap. Tuangkan kopi perlahan ke cangkir untuk mencegah sisa ampas ikut tertuang. Jangan biarkan kopi tersisa di coffeemaker, karena akan menjadi pahit. Jika memang kopi dibuat terlalu banyak, masukkan saja ke termos.
  • Biarkan kopi satu menit di cangkir, sebelum mulai dinikmati :).

Kopi Vietnam

Kopi hari ini: kopi ala Vietnam. Kopi ini dijerang dengan seperangkat filter yang dibuat khusus untuk memberikan rasa kopi yang konon — kata orang Vietnam — tiada duanya.

Filter Kopi Vietnam seukuran cangkir kecil, mudah disimpan. Dan pemakaiannya mudah. Tapi kita harus menggunakan bubuk kopi yang tak terlalu halus. Kopi Vietnam sendiri sudah digiling dengan kekasaran yang pas untuk alat ini. Tapi kopi ala Vietnam tak harus menggunakan kopi dari Vietnam. Kita bisa giling sendiri kopi yang agak kasar. Untuk grinder miniku, aku set waktu 10 detik untuk menghasilkan kekasaran yang pas (sebagai bandingan, aku grind 15 detik untuk Bialetti-Mokka dan French-press, dan 20 detik untuk kopi tubruk).

Pertama, kita masukkan 3 sendok kecil kopi ke badan filter. Pasang spanner di atas cangkir (atau mug atau gelas), dan badan filter di atas spanner. Pasang lagi filter penutup di atas kopi, dan putar2 untuk meratakan kopi. Tanpa tekanan.

Sementara itu, siapkan air panas. Bisa dari dispenser yang berpemanas, atau dari air mendidih yang dibiarkan dingin sebentar. Sekarang, basahi kopi dengan air panas. Tuang air panas sedikit ke filter, sampai kira2 seluruh kopi terbasahi. Lebihkan sedikit di atas filter atas. Air akan terserap cepat. Biarkan. Diamkan 20 detik.

Kemudian, masukkan air panas memenuhi badan filter. Proses brewing langsung dimulai. Tutup filternya. Tunggu sekitar 5 menit. Boleh sambil menyanyi, menari, atau membaca puisi. Setelahnya, angkat spanner; dan temukan kopi hitam kental di dalam cangkir. Kopi Vietnam, yummie.

Kalau ingin membuat es kopi, kopi susu, atau es kopi susu; es dan/atau/justru susu bisa dimasukkan ke cangkir sebelum semua proses ini dilakukan. Cara ini lebih dianjurkan daripada memasukkan es dan/atau/kecuali susu setelahnya. Setelah kopi jadi … jangan buang waktu. Langsung disesap, atau disajikan. Awas, jangan berikan kopi ke anak kecil dan atau ke pinguin. Mereka bisa hiperaktif.

Powered by WordPress & Theme by Anders Norén